RSS

KONTEN VIDEO



KONTEN VIDEO MENDOMINASI INTERNET MASA DEPAN





Konten Internet diawali dengan informasi berbasis teks. Lalu informasi berbasis teks tidak lengkap jika tanpa gambar. Teks dan gambar akhirnya dilengkapi dengan suara. Ketiganya kini kurang lengkap tanpa gambar bergerak atau video.
Video pun kini tidak cukup jika hanya arsip rekaman dalam pola on demand. Video online real time dalam pola streaming saat ini juga makin menjadi tuntutan publik di Internet. Jaringan Internet pita lebar (broadband), produk chip elektronik dan media penyimpan (storage) yang makin murah adalah faktor yang memperkaya berbagai jenis aplikasi di Internet.
Semakin massal dan personalnya alat-alat digital IP (Internet Protocol) juga berdampak pada pertumbuhan industri konten. Daya atraktif secara multimedia akhirnya juga dijadikan jurus untuk menarik perhatian publik agar singgah dan betah di sebuah situs. Dengan makin menyebarnya jaringan pita lebar sampai ke rumah-rumah dan peralatan komunikasi genggam bergerak, masa depan aplikasi Internet memang didominasi oleh video. Pemicunya adalah karena berbagai alat perekam video genggam yang ringkas membuat semua orang dapat membuat konten video. Kehadiran berbagai situs video blog dan video podcast sebagai lanjutan dari weblog (blog) memperkuat arena video di Internet ini.
Di sisi peralatan makin derasnya konten video Internet melahirkan banyak inovasi dengan lahirnya berbagai perangkat yang makin memanjakan pengguna lewat satu alat dengan banyak fungsi. Slingbox keluaran Slingmedia.com menyatukan penerima televisi dan satelit, DVR dan komunikasi Internet pita lebar yang dikendalikan oleh perangkat lunak dari komputer pribadi.
Dunia video di Internet saat ini diramaikan pula dengan bisnis konten agregator yang mengundang publik secara gratis untuk dapat menyimpan dan berbagi file videonya. Dari sisi konten, video Internet publik ini juga dimanfaatkan oleh kandidat presiden tahun 2008 dari partai Demokrat John Edwards di Amerika untuk “menjual” visinya sejak Desember 2006.
Tren kuat aplikasi video yang makin deras ini disikapi oleh raksasa mesin pencari Google dengan membeli YouTube senilai 1,65 miliar dollar. Waktunya hanya setahun setelah Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim mendirikan usaha ini tahun 2005. Jumlah massa yang besar dan “tersedot” YouTube membawa YouTube menjadi lima besar situs terkemuka dunia versi Alexa tahun 2005. Bagi Google, fasilitas dalam YouTube semakin memperkokoh posisinya sebagai agregator berbagai macam konten. Artinya, jumlah massa pengguna yang berhulu dan bermuara di Google dari berbagai macam aplikasi akan semakin meraksasa jumlahnya.
Jika Google dengan YouTube nya, lain pula yang dilakukan Brightcove.com. Jeremy Allaire, sang komandan BrightCove meyakini bahwa ke depan publik akan langsung berhubungan dengan pemilik konten. Pemilik konten pun akan dengan lebih mudah melakukan distribusi langsung kepada publik.
Diawali hanya dari konsep menampung personal video blog, dengan motto “Launch Your Channel Today” Brightcove berkembang menjadi fasilitator publik untuk menyelenggarakan siaran TV di Internet. Dengan pola bagi hasil Brightcove juga menjual dan menempatkan iklan anda di Internet. Secara bisnis, sederet nama besar seperti Fox Entertainment Group, National Geographic Channel, British Sky Broadcasting dan lainnnya menjadi mitra bisnis Brightcove yang saat ini menjadi besar dalam penyelenggaraan Internet TV. Bagi industri video jelas bahwa kehadiran Internet TV akan membuat peta bisnis distribusi video menjadi berubah.
Seperti halnya BrightCove, gemuruh distribusi konten video juga disergap oleh Dave.TV sejak tahun 2003. Tidak hanya memfasilitasi konten video publik, tapi layanan Dave.TV sampai juga ke strategi periklanan online yang ada pada setiap konten yang diakses. Dave menyisipkan iklan yang telah disesuaikan dengan profil, demografi dan geografi pengakses. Kepada para pengiklan, Dave juga langsung memberi data secara akurat siapa dan bagaimana perilaku pengakses melihat iklannya. Jelas pula bahwa online video akhirnya mengubah tatanan industri periklanan.
Video untuk mobile Internet.
Layanan video dari rumah yang bersifat tetap juga merambah ke arah aplikasi mobile. Seperti dilakukan Makayama.com, perusahaan yang bermarkas di negeri Belanda yang mendukung ratusan merek telepon genggam. Aplikasi Makayama.com mempermudah berbagai format video untuk dapat digunakan dan ditransfer melalui perangkat telepon genggam. Aplikasi semacam ini mengakselerasi penggunaan mobile video untuk dilewatkan melalui perangkat Internet bergerak.
Di Indonesia, tidak heran jika hadirnya berbagai teknologi baru seperti 3G dan sejenisnya terasa lamban diserap pasar. Padahal konsumen Indonesia dapat dikatakan paling trendy di kawasan ini. Timbul kesan operator tidak siap dengan mitra konten lokal dengan output yang mudah dicerna oleh masyarakat kita. Fakta bahwa konten lokal dan jumlah developer yang masih terbatas harus diakui. Namun daya jual dan persuasi kepada pelanggan akan semakin kuat apabila sang penjaja di garis depan dibekali dengan berbagai pengetahuan aplikasi multimedia yang tersebar di Internet dan tentunya akan memperkaya inspirasi bagi pengguna.
Menghadapi revolusi Internet.
Berbagai revolusi Internet yang merubah tatanan ekonomi dunia tidak cukup hanya diikuti beritanya. Namun setidaknya menggeser pola pikir dan langkah ke depan untuk masuk ke era ekonomi baru. Yang menurut David Ticoll (2000) bahwa perusahaan yang sudah berumur panjang pun dapat menjadi bagian dari ekonomi baru - jika perusahaan itu mengadopsi model bisnis yang baru. Model saat kekuatan konten menjadi magnet bagi massa. Model ketika kekuatan informasi sangat mempengaruhi keputusan publik untuk membeli. Model bisnis yang sangat memerlukan aliansi dan afiliasi untuk memperkuat ikatan jejaring. Model bisnis yang terus antisipatif terhadap pesaing yang menggurita dengan informasi dan siap melahap keberadaan bisnis kita.
Secara makro, berbagai ulasan di atas memang banyak yang berada di luar Indonesia. Namun perlu diingat bahwa akses informasi global di Internet tidak lagi mengenal batas geografis dan kedaulatan suatu negara. Walaupun Internet di Indonesia sudah lebih dari sepuluh tahun namun berbagai bentuk bisnis new economy seakan tidak mampir di Indonesia. Dampak Internet bagi bisnis saat sekarang hanyalah sebuah awal dari revolusi Internet yang terus melanda dunia. Tanpa didorongnya bisnis berbasis Internet di Indonesia, keadaan ini akan terus berlanjut dan devisa kita akan terus tersedot ke luar ketika mulai searching, hosting service, pembayaran transaksi online, sewa bandwidth, sampai e-mail gratis-pun masih dikuasai oleh negeri lain

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: